#4 Menolak Panggilan Pulang
Sikunir, Dieng-Magelang-Gunung Kidul, Jogjakarta 29-30 Juni 2014Masih di Karangkobar, pukul 01:30 dini hari kami mulai bangun dan siap-siap menuju Dieng. Dengan bantuan byebye fever dan satu pil obat pereda sakit kepala saya sembuh dan bisa ikut nanjak gunung pagi ini! YEAY
Dengan sebuah mobil Expass, kami ber-8 (+Papanya Gending dan Gandang) berangkat menuju Sikunir yang berada di dataran tinggi Dieng dan sampailah kami di desa terakhir dan yang ternyata juga tertinggi di Jawa Tengah, yaitu desa SEMBUNGAN!
Perjalanan ini ditempuh dengan track-hiking yang kata orang-orang, biasa aja atau "lumayanlah" tapi bagi saya ini diatas lumayan-lah! #bukan anak gunung #jarang olahraga #banyak alesan. Saya yang setengah sembuh dan Monik harus terpaksa ketinggalan rombongan karena banyak istirahatnya. Akhirnya setelah saya ber yel-yel ria dan nyemangatin Monik, kami sampai di puncak Sikunir dan belum terlambat.
langit saat kami sampai dijepret oleh Tasya Bintang |
pose burung siam ala Vander & Gending |
pose burung gak punya bulu ala Harta, demam dia abis ini |
kami dan para pendaki lain |
Telor Ceplok hadiah dari Sikunir dijepret oleh Tasya Bintang |
telor ceplok berkerudung pelangi |
PHOTOBOMB
Satu-satunya pemandangan yang bersih dan bebas dari photobomb ya langit biru yang lebih dekat dari biasanya :3
Tasya, 17 tahun. bakat model. yuk marii~ |
Akhirnya kami lanjut turun dengan keadaan tanah yang basah karena kemarin disiram hujan, tak lupa diwarnai adegan saya, Monik, dan Harta yang jatuh kepleset. Setelah sampai, kami mulai menyantap popmie di pinggir Telaga Cebong, Sembungan, sambil ngegosip yahud dan ketawa-ketawa lelah. Telaga ini unik kata orang-orang, soalnya cuma keliatan setelah matahari terbit. (yaiyalah kalo gelap apa yang diliat atuh mba!)
Dan perjalanan kami berlanjut turun sedikit dari Sikunir menuju Kawah Sikidang.
Ya gitu, bau belerang menyengat tapi pemandangan belakangnya jadi hiburan karena lumayan bagus dan kami malah asik lempar-lempar koin ke rebusan belerang. hahaha! Sayangnya aja, pas kami dateng panas & terik luar biasa.
(fyi: kalau kesini mesti pake sunblock, walau dingin, di dataran tinggi matahari langsung masuk ke kulit)
, |
entahlah, kami ini pengunjung atau relawan bencana alam |
Sudah kepanasan dan menghitam, akhirnya kami lanjut ke Kompleks Candi Arjuna.
Tapi karena kemarin sudah puas liat Borobudur, dan mulai bosan dengan batu, kami cuma jalan-jalan sebentar dan bertemu Telletubbies bukit! Persis seperti di filmnya lagi tiduran di bukit. Tapi cuma ada LALA sama PO!
Keluar dari kompleks candi ini, kami mampir ke warung penjual Kentang. Sepuluh ribu rupiah dan boleh request rasa + saos + sambal & mayones. Kentangnya asli khas Dieng dan berhasil membuat kami kecanduan dan kentut-kentut. Bisa milih mau yang lembek atau keras, dingin, hangat atau panas.
Disini juga saya mulai jatuh cinta sama manisan buah Carica dan kenalan dengan minuman herbal yang namanya Purwaceng... Ceng.. Agak gak enak ditelinga saya, dan setelah saya tanya ternyata memang ada hubungan sama Ceng yang saya maksud. ehe.
Ibu SiKe ( Si Kentang) |
Energi yang tinggal setengah ini kami habiskan untuk memutari daerah Telaga Warna yang luas, *foto-fotonya corrupt semua:(* satu museum yang saya lupa namanya. Dan berdiam sebentar di pinggir Telaga Menjer, setengah sadar setelah semua terbangun dari istirahat di mobil. Capeknya pol, dan kami tetap melanjutkan perjalanan kami (lagi) ke Magelang!
Di Wonosobo akhirnya kami berhenti di satu warung kecil bertuliskan "Mie Ongklok" setidaknya kami kesampean lah, kepo makan mie berkuahkan bumbu kacang yang makannya bareng sama sate sapi yang khas itu, soalnya tempat langganannya si Gending ini tutup. Mie yang semangkuk gak sampai 6000 rupiah itu berhasil bikin kami kenyang, walau kata Gending rasanya gak semantap di tempat langganannya.
Sampai di Magelang! Keadaan mati gaya, lelah, dan terlalu pulas tidur di mobil ini ngebuat kami jadi pengen cepet-cepet naik ke atas dan langsung tidur. Tapi ternyata eyangnya Gending ini beliin kami nasi goreng Magelang. Maksud hati dua porsi nasi goreng untuk berlima, eh karna enak luar biasa kami beli lagi dan nambah sampai eneg. Ya, nasi goreng 7000 sampai muntah.
Hari itu malam terakhir kami di Magelang. Saya bakalan kangen sama serambi dengan 3 kurungan burung yang pernah saya tabrak ini dengan pemandangan langsung ke dua gunung yang selama beberapa hari ini belom kesampean liatnya karena bangun kesiangan terus.
Tapi karena emang rejeki, bangun pagi hari ini langsung liat dua gunung di depan serambi dengan semburat langit berwarna merah muda. hahaha Mission Accomplished! Segeralah kami siap-siap karena kami akan menuju Jogjakarta.
Setelah acara pamit-pamitan ini, kami dijemput mamanya Gending untuk berangkat ke Jogja dengan muatan barang yang membludak.
YA... JOGJA! Setelah bangun dan melihat jalan, Kompleks Candi Prambanan ini menunjukkan kalau kami sudah sampai di kota yang kami maksud. Untuk memenuhi hasrat ngidamnya Monik, akhirnya kami mampir ke Jejamuran.
Makan sampai kenyang, Perjalanan masih panjang. Sekitar 2-3 jam perjalanan kami menuju daerah Gunung Kidul. Dan kami masuk ke kawasan jejeran pantai. Mampir ke Baron, Sepanjang, Drini, dan akhirnya sampai ke Krakal, tempat penginapan kami.
Angin gak nyantai yang bikin rambut otomatis kusut ini nyapa, dan langsung nyantap masakan mamanya Gending yang luar biasa bikin saya kangen mama. ;))
Makan sudah, saatnya kami jalan-jalan mengitari pantai sambil nunggu sunset. Pantai-pantai yang kami telusuri ini banyak batu dan bulu babi, akhirnya cuma bisa main air dan malah main pasir! Nonton sunset di atas karang, yang ternyata mataharinya ketutup bukit kecil. hadeuh.
Langit sudah gelap, kami pulang ke penginapan, disambut 6 buah es batok kelapa dengan percikan jeruk nipis.
Saya gak ngerti kenapa hari ini kegiatan makan kami paling banyak. Satu tempayan tuna bakar, sebakul nasi, sepiring lalapan dan sambal, 6 es jeruk, sepanci sayur pepaya ternyata sudah menanti. Kalap, dan langsung mandi. Karena gelap, kami menghabiskan waktu lama di lantai 2 penginapan kami. Isinya gosip sambil nyanyi-nyanyi gak jelas sampai malam. Jam 1 pagi kami belum tidur juga, dan tiba-tiba saya ngidam pop mie. Setelah dirayu teman-teman akhirnya kami turun cuma untuk nyeduh pop mie dan milo hangat. Tiba-tiba langit merayu untuk ditatap, ribuan bintang sudah berjejer, cantik.
Modal satu tikar, kami ber-6 tidur diatas pasir dibawah gemerlap bintang-bintang.
"Menurut lo, bintang yang itu bentuknya apa?"
"ah itu kaya cewe sama cowo lagi ketemu"
"elu mah curhat terselubung mulu"
"lah bagi gue kan keliatannya gitu, emang menurut lo bentuknya apa?"
"kaya Obama, ah"
*yaampun kapan ya manusia jayus punah*
Terimakasih ya, Vander sudah merusak suasana:))
Sesekali Tasya mencoba melawak, sisanya kami cuma diam-diam
Kemudian hening..
Lagu Cerita Gunung dan Lautnya Payung Teduh masih berkumandang
Kemudian terdengar beberapa remaja tertawa keras di ujung pantai, disusul bunyi kencang, kemudian langit bersemburat terang kembang api. Kami tertawa, hahahahah hoki gratisan.
Tiduran di langit berbintang, bercahaya kembang api gratisan. Kemudian semua diam dan saya tertidur. Masih diatas pasir, dan di bawah langit berbintang.
#MENOLAK PANGGILAN PULANG 5
0 komentar: