#5 Menolak Panggilan Pulang
Gunung Kidul- Jogjakarta-Solo-Jakarta, 1-3 Juli 2014Sudah sepekan ternyata jalan-jalan kami berlangsung. Masih di atas pasir pada selembar tikar berbantal paha Gending dan di bawah langit berbintang, akhirnya saya terbangun.
"woy pindah yuk, masuk angin ntar"
"weh gila beneran PeLor dia"
"tidur dulu aja kita, baru nanti liat sunrise"
"yaudah."
Kami kembali ke lantai dua penginapan kami untuk tidur. Alarm kami masing-masing sudah berbunyi, pukul 04:30,saya, Monik, Tasya, dan Gending bangun tanpa memundurkan jam alarm karena memang niat mau lihat sunrise di bukit pendek dekat pantai. Eh tapi apa mau dikata, ternyata hujan deras. Padahal jarang banget hujan di pantai :( Tak apalah, karena kami juga udah puas lihat sunrise waktu dipuncak Sikunir.
Karena kemarin baru kesampean main pasir dan belum puas main airnya, akhirnya setelah hujan berhenti, kami langsung buru-buru keluar dan menjelajah pantai yang polos tanpa banyak batu & bulu babi seperti kemarin. Sampai lupa pake sunblock!
Awalnya cuma mau main deket-deket pasir (katanya pantai selatan ombaknya suka nyeret soalnya), eh makin lama makin menantang, makin seru untuk dilawan ombaknya. Akhirnya kami seru-seruan main air sampai rambut penuh pasir.
Istirahat sebentar ya main pasir lagi. Saling ngubur badan satu sama lain :)
Karena sudah kelamaan berjemur dan main air, kami penasaran dengan beberapa bukit kecil didekat pantai. Akhirnya nyoba mendaki sedikit dan kami sampai di bukit berpasir! Dari bukit ini, kami bisa liat jejeran pantai-pantai berbarengan dengan bukit-bukit kecil di sekelilingnya.
Sudah puas, akhirnya kami kembali ke penginapan, dan disambut lagi dengan 4 es batok kelapa campur cipratan jeruk nipis, dan 2 gelas es jeruk. Sambil nunggu giliran mandi, kami ngobrol-ngobrol dan nyeduh pop mie (lagi). Beberapa pengunjung mulai datang sewaktu kami selesai berberes-beres, jadi sehabis itu kami langsung bersiap-siap lagi untuk melanjutkan perjalanan ke kota Jogja!
Dari Gunung Kidul ke kota kami mampir sebentar ke Goa Maria (saya lupa namanya) , gantian jiwa spiritual saya dan Gending yang mulai diuji ketekunannya. Goa Marianya baru direnovasi ternyata, dan untuk masuk ke tempat yang dituju harus jalan masuk ke dalam dengan jalan kaki. Kanan dan kiri kami itu hutan jati dan beberapa meter setelahnya ada tempat perhentian sebanyak 14 perhentian. Karena jalanannya menurun saat kami masuk, otomatis jalan pulangnya mendaki, saya udah males ngebayanginnya. Saya sudah lelah dengan kegiatan daki-mendaki ini.
Setelah masuk, ternyata Goa Marianya ini ada di dalam Goa yang besar. well, Goaception hehe. Air pemberkatannya juga berasal dari stalaktit-stalaktit kecil yang meneteskan air. Akhirnya setelah kegiatan doa-mendoakan ini selesai, kami pulang dengan tentu saja, mendaki!
Karena sudah capek dengan air dan daki mendaki, kami semua tertidur pulas sampai kami sampai di Kompleks Ratu Boko. Jadi setelah modal browsing, saya baru tau kalau komplek ini dulunya istana kerajaan yang hilang. Tempatnya luas, tapi masih sepi. Disekelilingnya? ya, batu! semua batu. Pendoponya, gardunya, kastilnya, panggungnya, dan tempat permandiannya juga. Cuma bedanya, dulu di permandian ini banyak selir raja, tapi sekarang banyak kambingnya!
Rencananya kami juga sekalian nunggu sunset. EH kok ya apes tiada akhir, mataharinya ketutup awan besar & tebel. Nyesek!
Yasudah, akhirnya kami keluar komplek, dan menemukan satu brosur jadwal Sendratari. Berhubung waktunya cukup dan Prambanan gak jauh dari tempat kami, akhirnya Tasya, Gending, Harta, & Vander berniat untuk nonton. Sedangkan saya dan Monik mau memisahkan diri untuk mampir ke rumah saudara kami. Di tengah perjalanan ke Prambanan, kami mampir di angkringan yang super murah dan mengenyangkan (semua angkringan kayanya gitu sih) sampe adu-aduan paling mahal.
Sampai di Prambanan! Akhirnya kami misah, trus acara peluk-pelukan ini berlangsung. Lucu aja, 8 hari digemblang ketemu siang malam setiap hari setiap saat, trus bakalan misah semalem aja kayanya gimana :))
Akhirnya tinggal saya dan Monik yang masih melanjutkan perjalanan. Monik akhirnya misah di Amplas, sedangkan saya turun di stasiun Tugu, karena saya mau ke Solo.
Berhubung tiket kereta Jogja-Solo ini hanya 6000 rupiah, makanya saya nekat sekalian ke Solo. Apes berantai masih berlanjut, eh ya jadwal keretanya berubah. Jam 7 saya sampai, dan kereta selanjutnya baru datang jam 10. Saya bingung, dalam waktu 3 jam saya harus ngapain dan ke mana.
Udah gitu mas-masnya yang jaga tiket ini php-in saya, katanya jam 8 udah boleh beli tiket dan ternyata pas saya samperin dibales pake kalimat "waduh saya nggak tau ya mbak." *emosi* (lah situ yang jual kenapa situ yang nggak tau)
Karna untuk sewa loker harus beli tiket dulu, dan berhubung tiketnya belum bisa dibeli ditambah saya bosan untuk nunggu di stasiun, akhirnya saya membawa backpack berat dan besar beserta ransel saya untuk jalan-jalan ke Malioboro yang kebetulan dekat dengan stasiun.
Jalanan di kawasan Malioboro rame, warna-warni dan banyak andong. Saya yang membawa 2 tas besar depan belakang ini cukup menarik perhatian karena saat itu cuma saya manusia dekil sendirian dan bawa-bawa tas besar kayak abis diusir dari rumah :( Acuh tak acuh saya melanjutkan jalan-jalan saya ini sambil membeli barang-barang yang berhasil menarik minat mata saya. Sampai saat saya lagi nyari toko yang jual bakpia, ada mas-mas gondrong narik-narik tas saya dan nawarin motel murah pake nunjukin jalannya segala. Kayaknya memang cuma stasiun tempat yang aman buat saya.
Saya yang cuma akrab dengan stasiun kereta listrik a.k.a commuter line di Jakarta, nggak tau kalo di stasiun kaya gini ada ruang tunggu ber-ac dan bertempat duduk nyaman. Padahal sedari tadi saya malah duduk ngemper sendirian di deket loket tiket. bah, memalukan!
Akhirnya, tiket kereta terakhir ke Solo udah ada, saya langsung masuk dan nunggu di ruang tunggu sendirian sambil mencari tau kabar 4 teman saya yang ternyata luntang lantung di Jogja. Harta, Tasya, Vander, & Gending belum dapat penginapan dan berencana tidur di mobil. Yang saya tau, akhirnya mereka pergi ke Kaliurang dapat penginapan dengan harga 25 ribu rupiah semalam.
Akhirnya saya dan dua saudara yang menjemput, naik kereta menuju Solo. Jam 12 malam saya sampai. Tidak seperti Jakarta, Solo sudah sepi dan gelap.
Sampai di Mojosongo, baru sampai dan mandi, kakak sepupu laki-laki saya ngajak ke angkringan jam 1 pagi. yaa diet start : tomorrow!
Pulang, saya harus menyetor dan menagih curhat-curhat malam bareng kakak saya yang biasa kami lakukan kalau saya ke Solo sampai saya ketiduran. Dari sepekan ini, baru ini saya tidur nyenyak meluk guling sampe bangun bablas jam 10 pagi. Kemudian saya diajak sarapan Teamlo, nyekar ke tempat nenek saya yang baru meninggal, ke Pucangsawit, lalu ke Dempo rumah kakek nenek.
Cerita singkat, sorenya saya balik lagi ke Jogja untuk ketemu teman-teman saya.
Sampai di Jogja, saya bertemu lagi bersama ke-4 teman saya sudah berkelana di Jogja. Tinggal tunggu Monik yang ternyata belum sampai.
Kami lengkap lagi! duh maaf ya gosong dan ngeblur |
Karena Gending yang notabene rumahnya di Magelang dan masih ada urusan, hari itu kami pulang be-5. Dah Gending! Rasanya aneh, karena pasti nanti ada yang duduk sendiri di kereta hehe.
Akhirnya kami masuk, kereta mulai melaju menjauhi stasiun Tugu, Jogjakarta. Sudah selesai cerita gunung, laut, batu, dan alun-alun kami.
9 hari lamanya kami menolak panggilan pulang dan akhirnya pulang membawa cerita.
Kami masih menunggu cerita baru, menolak panggilan pulang lainnya untuk sekadar keluar dari zona nyaman sebentar.
Jadi, tunggu cerita kami selanjutnya! :D
CIWATAK, 3 Juli 2014
0 komentar: