Papua Bercerita
Hai!
Sebenarnya saat ini otak saya sedang disabotase oleh tugas esai Bahasa Indonesia, tapi berhubung saya belum ada minat nyentuhnya, saya pikir saya mau nulis tentang wawancara dadakan saya dengan seseorang dari Papua.
Jadi semuanya berawal dari hp teman saya yang hilang sewaktu kami naik motor. Teman saya yang setengah ikhlas ini akhirnya mencoba jalan terakhir untuk nge-chat hapenya pakai hape saya yang sampai berjam-jam lamanya akhirnya gak ada respon.
Tapi ternyata pas malam, yang nemu hape merespon chat saya. Singkat cerita pokoknya kami akhirnya ngajak makan sore bareng sekalian minta hp yang diambil penyelamat itu.
Sebut saja dia Dolfi. Dia orang asli Papua yang dapet beasiswa dari pemerintah daerah untuk sekolah di STIKP seberang kampus saya. Orangnya (terlalu) sopan, baik, dan gak pamrih banget. yailah secara sebenernya kami yang ngerepotin karna mereka yang nyamperin kami untuk balikin hapenya temen saya. Jadilah, momen canggung ini dimulai. Kami akhirnya minta ketemuan di Dapur Roti Bakar dan yang ternyata dia bawa temennya yang (super) jayus ini, hehe.Ya setelah perkenalan dan blabla akhirnya dia membuka pembicaraan. Walau percakapannya terkesan formal dan canggung di awal, saya suka logat khasnya kental banget!
"Iya jadi ini sa nemu dijalan, nah itu perempatan ruko dekat situ. Saya awalnya tak niat ambil itu barang, kerna saya tak tau itu hape. Tapi akhirnya saya ambil. Saya tak percaya kalo kasi satpam situ, tak benar orangnya. Kalo sa tak ambil, sa pikir kasian yang punya, kerna kalo misal hal itu kejadian sama saya, sa juga pasti ingin orang bantu. Jadi sa pikir sa ambil saja. Tapi maaf ya mbak, saya tak niat lancang buka foto-fotonya."
"Eh iya gakpapa kak, kita yang makasi banget udah ditolong. Soalnya contact temen saya semua ada disitu. Oh ya kakak berdua asli dari Papua kesini kuliah, atau emang udah dari SMA disini?"
"Oh,saya dari Papua asli. Kemari kami diberi beasiswa oleh Pemda untuk masuk STIKP. Semua gratis tapi harus jadi guru."
"STIKP tu guru toh kak? Wah enak dong semua gratis. Apalagi kan biaya hidup di daerah sini gak murah ya."
"Iya, betul. Semua gratis, berangkat kemari lalu sekolahnya, asramanya, makan, bus, ya semua itu gratis dari pemerintah. Kami cuci baju laundry loh hehehe"
"Wah lumayan banget kak, pdhal kalo ngekos disini aja bisa hampir 2jutaan, itupun cuci sendiri."
"Ya gitu memang, kami makan 3x sehari seperti itu sudah disiapkan. Laundry memang, tapi kalo kau cuci baju putih, besok kau temu baju itu sudah sehitam got. atau kalo kau cuci baju, besok sudah transparan, ya hilang begitu maksudnya"
"waduh brarti kualitasnya kurang ya kak. tapi enak ya makannya full gratis, kalo kita mesti jajan deh kak."
"Betul, tapi kalau telat ambil jatah, kita pun tak dapat makan. Apalagi kalo makannya banyak, bisa saja ambil jatah temannya."
"Kalo gitu banyak yang gak kebagian makan dong? Tapi udah terjamin ya kak semua nanti kerjanya?"
"Tapi entah itu pasti cukup untuk semua makan. Ya begitu, sebelum menerima beasiswa tu kami perlu tanda tangan dengan materai 6000, wah itu berurusan hukum sekali. Kami dikontrak oleh pemerintah, kuliah gratis tapi kami harus jadi guru. Tak mungkin dapat ambil yang lain, kami wajib kontrak minimal 10 tahun jadi guru. kami perlu ngabdi untuk daerah asal kami."
"Oh dikontrak kak? Lama juga minimal 10 tahun. Kalau mau ambil sekolah lanjut tetep gak bisa ambil jurusan atau pekerjaan lain kak? Brarti kakak wajib balik ke Papua gitu ya?"
"Iya, dikontrak kami.Tak bisa kami ambil pekerjaan lain. Sekali jadi guru ya guru, ya kami harus kembali ke Papua, ajarkan sekolah-sekolah disana. Anak-anak sana yang sekolah. Memang tujuan pemerintah seperti itu, pendidikan sampai sana, kita jadilah guru untuk daerah-daerah Papua."
"Gitu toh, kalo boleh tau kakak berdua ambil jurusan apa ya? ya ibarat dokter perlu mengabdi untuk masyarakat-masyarakat gitu ya, apalgi untuk yang pedalaman-pedalaman."
"O, kami ambil jurusan TIK. Ilmu komputer, jadi kami belajar matematika dan fisika dasar dari Sd. Untuk anak-anak sekolah yang akan kami ajari gitu."
"Waduh Fisika SMA saya aja udah lupa. Brarti ini udah sesuai keinginan kakak berdua dong ya kuliahnya."
"Nggak juga sih, saya awalnya mau ambil penerbangan, ya pilot itu. Tapi biayanya gak nyampe deh itu."
"Oh, pilot tu yang nyetir ojek itu ya?" saya cuma ketawa formalitas aja. :)))
"Loh tapi sekarang beasiswa untuk ilmu penerbangan gitu kan udah banyak kak, kenapa gak coba?"
"Ya dulu udah gak tau mau kuliah apa, itu juga orang tua sih yang saranin. saya gak enak sama orang tua, trus saya juga baru tau ada beasiswa kaya gitu pas saya udah tanda tangan kontrak.yaudahlah saya akhirnya ke Papua dan ambil beasiswanya."
"Loh emang kakaknya asli mana? kok ke Papua? Kenapa gak nekat aja kak, nyoba beasiswa penerbangannya?"
"Ini saya dari Cianjur kok. Yah gak berani saya, soalnya kan urusannya udah sama pemerintah, hukum gitu. dan ya itu ga enak sama orang tua."
"Trus kak Dolfi udah pas keinginan dong?"
"Dibilang pas sih tak juga. Kan awalnya saya juga tak tau mau ambil apa, mau kuliah tak. Ya saya ambil beasiswanya, Tapi lama-lama ya suka juga.Yaudah saya jadi guru saja, skolahnya kan dari pemerintah gratis, saya balik ke daerah saya bantu sekolah anak-anak Papua sana. Disini kan juga ada anak-anak olimpiade dari Papua banyak sekali anaknya, ada yang SD, SMP, SMA."
Yah sehabis itu banyak percakapan jayus mereka yang saya gak paham sebenarnya. Percakapan random tadi entah kenapa bikin saya mikir-mikir dirumah. Intinya, setiap orang pasti punya temen yang jayus ya. hehehehe
0 komentar: